Powered By Blogger

Selasa, 19 Agustus 2014

Jalan Berputar


Apa yang kupikirkan?
Mengapa aku berjalan dengan sepasang sepatu renta ini?
Mengapa tak seperti mereka yang bisa terbang?
Aku takut terbang, tapi aku lebih takut mengakuinya.

Aku merunduk dibawah lampu jalan yang bersinar remang,
Menatapi jalan yang akan dilahap sepatu renta ini,
Berharap ada sekeping uang satu juta rupiah,
Mustahil,
Tuhan mendengar apa yang kita ucapkan, bahkan didalam hati,
Bisa saja ada sekeping satu juta rupiah yang berkilau tenang disini,
Aku tak mengharapkannya, hanya senang bila memang ada,
Aku tak bergantung pada keajaiban, hanya mempercayainya,
Percaya pada-NYA.

Jalan didepan sana masih panjang,
Mereka sudah bilang bumi itu bundar,
Akan ada letih yang menahan, dan semangat yang menggerakan,
Tak akan habis jalan ku lahap, sejauh apapun aku berjalan, aku kan kembali,

Kembali pada-NYA, Yang Maha Memiliki.

Lukisan-NYA


Matahari menyelam ditengah laut yang tenang,
Tadinya wujudnya hanya setengah, dihiasi sinar jingga,
Kemudian tenggelam, tapi banyak yang enggan membiarkan itu terjadi,
Membiarkan matahari tenggelam.
Pemandangan indah nan klise,
Beratus kali aku melihat yang seperti itu,
Dalam kertas gambarku, dan ratusan karya tangan teman kelas.

Kami sedang bermain Tuhan, kertas itu dunianya, duniaku, dunia kami,
Tuhan melukis semesta, kami juga,
Ingat lyric lagu pelangi,
Yang Maha Agung melukis pelangi,
Setidaknya kami juga Yang Maha Agung,
Aku mengatur warna yang akan terwujud dikertas putih yang membosankan ini,
DIA mungkin juga berkata demikian, mewarnai semesta putih yang membosankan,

Menjadi lebih... Tergantung anda yang melihatnya.