Belakangan
ini isu mengenai pemanasan global kian marak dan semakin tersiar diman –
mana seiring dengan meningkatnya
kemajuan zaman dan kemajuan pola pikir manusia yang katanya lebih jenius bahkan, tidak jarang terkesan ingin menyamai
tuhan dengan beebagai macam ide dan gagasan yang diaplikasikan dalam penelitian
– penelitian untuk menciptakan sesuatu yang baru atau untuk mengetahui dan
mempelajari yang sudah ada. Tentu banyak
dampak positif dari banyaknya kemajuan peradaban manusia, terlalu panjang untuk
dijabarkan lihat saja sekeliling kita
apa yang ada didepan anda ini? Itu semua kemajuan peradaban, dan memang
hasil jerih payah manusia selaku mahkluk terpintar didunia (dengan
mengesampingkan alien tentunya, karena masih banyak pertanyaan seputar
keberadaan mereka ). Tapi terlalu ceroboh melihat segala kemajuan dan segala
hal positif tanpa mempedulikan bayangan hitam dampak negatif dan segala
kemunduran yang mengiringi kemajuan, tidak fair bukan kalau kita
mengacuhkannya?
Suka atau
tidak semua kemajuan ini menciptakan juga beberapa kemunduran, maju dua langkah
mundur satu langkah maju empat langkah
mundur dua langkah begitu seterusnya.
Memang kemunduran ini tidak secepat kemajuan yang kita rasakan tapi toh pada
akhirnya kita rasakan juga, maju seribu langkah
diikuti mundur lima ratus langkah
besar bukan? Kalau sudah sebesar itu barulah terlihat dan barulah
terasa, tragis memang tidak ada
antisipasi hanya memikirkan royalti, gelar, kemudahan hidup, nobel dll yang
menggiurkan.
Kemajuan yang
saya bicarakan sudah jelas, semua tentang alat bantu hidup manusia bumi dan
gaya hidup manusia, celakanya gaya hidup itu sendiri yang menyebabkan
kemunduran tidak tanggung – tanggung kemunduran
bahkan lebih sadisnya bisa dikatakan pengrusakan itu sendiri terjadi pada bumi yang tidak lain tempat tinggal manusia
tempat hidup manusia tempat manusia menciptakan kemajuan yang mengakibatkan
kemunduran. Dan parahnya lagi dibalik segala kemajuan dan banyaknya ciptaan
manusia yang merusak bumi, manusia sendiri belum bisa menciptakan bumi sebagai
cadangan kalau bumi rusak bahkan hancur atau kalau bumi sudah tidakmuat
menampung manusia, manusia yang semakin produktif melestarikan spesiesnya
sendiri tanpa mempedulikan spesies lain disekitarnya konyol memang tapi begitu adanya!
Pemanasan global adalah meningkatnya suhu bumi akibat ketidak seimbangan ekosistem di bumi, yang diakibatkan meningkatnya emisi gas rumah kaca di atmosfer yang mengakibatkan panas bumi yang diterima dari matahari sebagian besar dipantulkan kembali kebumi yang membuat bumi semakin panas.
Lihat
sekitar udara semakin panas, bencana
alam mengerikan melanda beberpa belahan dunia, iklim dan musim yang tidak
begitu teratur ‘ Pergeseran iklim yang
terjadi di Indonesia, seharusnya bulan September sudah memasuki musim penghujan
bergeser ke bulan November, dan jangan kita luapakan tentang es salju yang
mencair menaikan volume laut menenggelamkan beberapa pulau dan terus begitu selama suhu bumi terus
meningkat dan sepertinya hanya menunggu waktu untuk semua salju di bumi mencair
dan menambah volume air laut yang menenggelamkan daratan. Kenaikan permukaan
laut Indonesia sebesar 0,8 cm per tahun merupakan ancaman bagi pulau-pulau
kecil di nusantara. Telah diberitakan pula bahwa sebuah danau di Cile tiba-tiba
hilang akibat melelehnya dinding es yang menjadi pembendung danau. Para pakar
menyatakan setelah melakukan inspeksi bahwa hal ini disebabkan oleh pemanasan
global. Selain itu perlu diketahui juga bahwa
pemanasan global disebabkan terutama oleh gas metana, yang puluhan kali
lebih berbahaya dari karbon dioksida. Gas Metana ini dihasilkan dari pelelehan
es di kutub utara. Es-es ini mengandung metana, yang mana saat ini es-es ini
mencair sehingga metana dilepaskan ke lapisan ozon dan air laut.
Contoh yang dekat seperti, apa yang anda
rasakan saat berdiri di halte menunggu bis? Campuran oksigen dan segala macam
zat polutan dalam wujud asap keruh yang saya atau bahkan anda konsumsi sehari –
hari. Itu dampak langsung terhadap kita yang mempengaruhi kesehatan kita, tapi
bukan hanya kita karena zat polutan
yang kurang lebih terdiri dari karbondioksida, metana, dinitro oksida,
hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, sulfur heksafluorida itu terus terbang keudara sampai atmosfer yang celakanya merusak atmosfer itu sendiri
dan mempengaruhi kesehatan bumi. Apa semua zat polutan itu begitu melenggang
bebas sampai ke atmosfer? Tidak juga, karena ada pohon dan semua tumbuhan bumi
yang seperti menyaring dan menetralisir dengan oksigen segar. Tapi lihat
sekeliling anda! Berapa banyak pohon hidup dikota berapa banyak jumlah pohon dibumi? apa benda yang
berwujud keras besar kokoh keras berlapis warna yang didalamnya menawarkan
kesejukan dari penyejuk ruangan buatan manusia yang juga melepaskan CFC(freon)
itu bisa dibilang pohon? Itu gedung, gedung tinggi pencakar langit kebanggaan
manusia! Bangunan yang mengalahkan pohon bangunan yang fungsinya pun
bertentangan dengan pohon, karena hanya bisa menyerap energi mulai listrik sampai energi minyak bumi yang tidak
bisa diperbaharui hanya bisa menggali sumber minyak baru begitu sumber yang ada
telah habis, gali dan habis gali dan
habis begitu seterusnya . Sekedar info saja, pembangkit listrik pengguna
terbesar dari energi minyak bumi dan lebih parahnya lagi merupakan kontributor
terbesar penghasil CO2 (sekitar 25 % dari total emisi CO2). Gas tersebut
merupakan kontributor pemicu Efek Rumah
Kaca, Efek Rumah Kaca sebagai suatu bentuk sistem ekosistem di bumi
justru sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di bumi. Tanpanya bumi akan menjadi
lebih dingin. Akan tetapi, sistem tersebut akan bersifat merusak jika
berlebihan dalam artian Efek Rumah Kaca telah menghasilkan sejumlah panas yang
berlebih dibandingkan dengan kondisi normalnya.
Kalau
kesehatan bumi kian memburuk dan semakin rusak, lantas bagaimana nasib
organisme seperti manusia dan makhluk hidup lainnya yang hidup dibumi?
Analoginya ‘ sebuah akuarium pecah berkeping – keping, lantas bagaimana nasib
ikan yang hidup didalamnya? Menggelepar menggeliat bahkan ada juga yang
tertancap pecahan kaca akuarium dan semua berakhir dengan kematian bukan? ‘ saya
tidak menakut – nakuti tapi terserah anda, barangkali anda punya imajinasi lain
yang cocok untuk disamakan dengan bumi dan semua penghuninya.
Untung saja
sekarang ini banyak yang sudah mulai peduli dengan ancaman pemanasan global.
Banyak LSM pencinta lingkungan hidup bermunculan dengan para aktivisnya yang
mempromosikan gerakan mencintai bumi, dengan solusi – solusi dan terobosannya
seperti; earth hours, gerakan seribu pohon, banyak pohon banyak rejeki dan
masih banyak lagi. Seperti biasa penggagas gerakan – gerakan independen itu tak
lain adalah anak muda. Seperti LSM luar negeri yang sekarang sepertinya sudah
mempunyai basis diberbagai negara, LSM yang sempat bermasalah dengan golongan
tertentu di iNDONESIA. Uniknya negara asal LSM atau kelompok pecinta lingkungan
itu sama juga dengan negara pengkonsumsi listrik terbesar, yang secara otomatis
memproduksi energi listrik terbesar pula dan sekali lagi pembangkit listrik
memakan banyak minyak bumi dan segala bentuk olahannya selain itu juga pastinya
menciptakan gas buang polutan hasil produksi itu. Apa yang saya bilang unik
adalah mereka penyumbang gas efek rumah kaca terbesar untuk
keperluan kemajuan, kemapaman, kekayaan negara mereka sendiri dan setelah efek negaifnya dirasakan
barulah mereka mengajak seluruh dunia yang tidak menikmati hasil produksi
mereka apalagi dengan Cuma – Cuma untuk bersikap ramah terhadap lingkungan
dengan dalih menyelamatkan bumi, tapi faktanya apa yang mereka lakukan? Mereka
negara adidaya negara maju dan mereka merangkul semua negara dari negara
berkembang sampai negara miskin yang belum tentu punya pembangkit listrik dan
memakan energi seperti mereka, untuk
menutupi ulah serakah mereka. Tragis! Tapi sebaiknya kita apresiasi tentang
keberadaan LSM – LSM itu dan semua kampanye mereka menyelamatkan bumi dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih
membumi.
Terlepas dari
LSM dan organisasi pencinta lingkungan
banyak juga yang sudah mulai peduli dengan pemanasan global, tetapi
dengan berbagai sikap seperti ;
Protokol Kyoto
Menanggapi
fenomena yang terjadi sebagian besar negara di dunia sepakat untuk mengambil
langkah-langkah serius dalam menstabilkan emisi Gas Rumah Kaca, terutama
karbondioksida. Sebagai langkah awal disusunlah Framework Convention on
Climate Change pada tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil, yang
ditandatangani oleh 167 negara. Kerangka konvensi bertujuan agar negara-negara
industri mengurangi emisi karbondioksida mereka. Walaupun hasil akhirnya hanya
sedikit yang memenuhi target. Berselang 5 tahun kemudian tepatnya pada bulan
Desember 1997 sebanyak 160 negara mengadakan pertemuan untuk merumuskan
perjanjian yang lebih mengikat secara internasional sebagai tindak lanjut dari
beberapa kesepakatan sebelumnya. Perjanjian tersebut dikenal dengan nama Protokol
Kyoto, dinamakan demikian karena perjanjian ini dibentuk di Kyoto, Jepang.
Jangka waktu penandatanganan persetujuan tersebut adalah satu tahun yang
dimulai pada tanggal 16 Maret 1998 hingga 15 Maret 1999.
Protokol ini mengharuskan negara-negara industri untuk menurunkan emisinya sebesar 5,2 persen di bawah tingkat emisi tahun 1990 dengan target waktu hingga 2012 dan baru memperoleh kekuatan hukumnya secara internasional pada tanggal 16 Februari 2005. Hingga 23 Oktober 2007 sudah 179 negara yang meratifikasi Protokol Kyoto tersebut. Kemudian pada tanggal 3-14 Desember 2007 di Bali diselenggarakanlah Konvensi Tingkat Tinggi yang digelar oleh UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) dan dihadiri hampir 10 ribu orang dari 185 negara. Melalui pertemuan tersebut diharapkan dapat mengevaluasi hasil kinerja dari Protokol Kyoto yang dibuat sebagai bukti komitmen negara-negara sedunia dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca demi menanggulangi permasalahan Pemanasan Global yang terjadi saat ini. (dikutip dari: www.forumsains.com)
Protokol ini mengharuskan negara-negara industri untuk menurunkan emisinya sebesar 5,2 persen di bawah tingkat emisi tahun 1990 dengan target waktu hingga 2012 dan baru memperoleh kekuatan hukumnya secara internasional pada tanggal 16 Februari 2005. Hingga 23 Oktober 2007 sudah 179 negara yang meratifikasi Protokol Kyoto tersebut. Kemudian pada tanggal 3-14 Desember 2007 di Bali diselenggarakanlah Konvensi Tingkat Tinggi yang digelar oleh UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) dan dihadiri hampir 10 ribu orang dari 185 negara. Melalui pertemuan tersebut diharapkan dapat mengevaluasi hasil kinerja dari Protokol Kyoto yang dibuat sebagai bukti komitmen negara-negara sedunia dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca demi menanggulangi permasalahan Pemanasan Global yang terjadi saat ini. (dikutip dari: www.forumsains.com)
KTT PBB tentang Perubahan Iklim
KTT PBB
tentang Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, memasuki fase-fase krusial,
Para pemimpin dunia pun gencar melakukan lobi-lobi demi tercapainya konsensus
dalam pertemuan penting ini.Sejumlah perbedaan sikap sangat mencolok sepanjang
sidang yang berlangsung di Bella Centre, Kopenhagen, ini. Perbedaan yang
terjadi mencakup besaran pengurangan emisi yang harus diambil masing-masing
negara, jumlah uang yang harus diberikan negara-negara kaya kepada
negara-negara miskin, dan perlunya pengawasan, sehingga setiap langkah yang
diambil atau janji-janji yang dibuat benar-benar diimplementasikan nantinya.Tak
kurang dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Perdana Menteri Inggris
Gordon Brown, maupun Perdana Menteri Denmark Lars Loekke Rasmussen juga bakal
menggelar pertemuan dengan kepala negara lain, demi tercapainya keputusan
penting sebelum batas waktu esok.
Pihak China, yang berselisih dengan Amerika Serikat dalam konferensi ini, telah menyampaikan keraguannya mengenai bakal tercapainya kesepakatan operasional dalam mengatasi pemanasan global. Kepada kantor berita Reuters, seorang delegasi China yang tidak disebutkan namanya mengatakan negaranya bakal mengeluarkan sebuah deklarasi politik singkat. Namun belum jelas sikap yang akan diambil. Sementara itu ratusan demonstran dilaporkan ditangkap di luar tempat pelaksanaan KTT Iklim, kemarin, setelah terlibat baku hantam dengan polisi. Aparat menembakkan gas air mata dan menggunakan semprotan lada untuk membubarkan lebih dari 1.000 aktivis yang berupaya menerobos Bella Centre, tempat perundingan krusial sedang berlangsung.(dikutip dari: www.okezon.com). Memang butuh kesabaran kalau ingin merubah gaya hidup menjadi lebih membumi, sepertinya sejumlah negara maju tidak rela untuk berhemat konsumsi energi tak terbarui karena akan mempengaruhi kebutuhan prodiksi dan gaya hidup mereka.
Pihak China, yang berselisih dengan Amerika Serikat dalam konferensi ini, telah menyampaikan keraguannya mengenai bakal tercapainya kesepakatan operasional dalam mengatasi pemanasan global. Kepada kantor berita Reuters, seorang delegasi China yang tidak disebutkan namanya mengatakan negaranya bakal mengeluarkan sebuah deklarasi politik singkat. Namun belum jelas sikap yang akan diambil. Sementara itu ratusan demonstran dilaporkan ditangkap di luar tempat pelaksanaan KTT Iklim, kemarin, setelah terlibat baku hantam dengan polisi. Aparat menembakkan gas air mata dan menggunakan semprotan lada untuk membubarkan lebih dari 1.000 aktivis yang berupaya menerobos Bella Centre, tempat perundingan krusial sedang berlangsung.(dikutip dari: www.okezon.com). Memang butuh kesabaran kalau ingin merubah gaya hidup menjadi lebih membumi, sepertinya sejumlah negara maju tidak rela untuk berhemat konsumsi energi tak terbarui karena akan mempengaruhi kebutuhan prodiksi dan gaya hidup mereka.
Pemanasan
global memberikan dampak negatif
yang mengerikan bagi kehidupan manusia di masa sekarang terlebih lagi
untuk jangka waktu ke depannya bila tidak segera diatasi sedini mungkin. Oleh
karena itu, walaupun boleh dikata sudah terlambat karena ‘perusakan’ memang sudah dilakukan oleh generasi sebelum
kita, sepertinya dengan sukarela kita membuat langkah-langkah strategis dalam
mengatasi persoalan ini. Lagi – lagi untuk generasi kita pada masa kini dan
sepertinya dampak lebih besarnya untuk generasi setelah kita. Agak aneh juga,
generasi sebelum kita sepertinya yang menyumbangkan terciptanya pemanasan
global dengan segala gaya hidup dan pola pikirnya yang sewenang - wenang kita berusaha menguranginya mengatasi dengan berbagai upaya
penghematan pelestarian menahan diri
tidak melakukan kegiatan yang
mencemarkan lingkungan dan dampak positif pelestarian kita ini untuk
generasi setelah kita. Sepertinya banyak
juga anak muda yang berpikiran demikian
“ seperti terkena imbas dan menanggung kesalahan dari generasi
sebelumnya, tapi pernyataan ini cukup
manusiawi kan? “.
Tak ada salahnya menyesali dan memprotes kesalahan yang sudah terjadi, tapi lebih baik lagi kalau diperbaiki oleh kita entah untuk kita atau untuk orang lain ? cheerss..