Powered By Blogger

Minggu, 21 September 2014

Dalam Pelukan Malam

Seberapa sadis hari menghajar diri,
Selalu ada malam yang memeluk,
Dia dengan lembut membuai tubuh lelah, sabar membasuh peluh,
Dia juga mendengar kisah yang tak sanggup dibagi dengan sesama,
Disimpannya dalam gelap nan sunyi.

Malam yang dingin,
Dengarkan marahku, katakan aku kan lupa panasnya matahari yang merajah sepanjang hari,
Aku lelah, aku payah,

Berikan pelukmu agar aku mimpi indah.

Balonku

Balonku ada tiga,
Kuberikan padamu yang merah,
Merah adalah warnamu,
Mainlah bersamanya,
Tertawalah bersamanya,
Terbanglah bersamanya,
Kulepas kau bersama rasa lupa,
Ku tak akan meminta kembali,
Aku tak suka warna merah.

Balon warna hitam kuberikan padanya,
Hitam adalah warnaku,
Kuberikan padanya aku,  lengkap dengan hati dan rasa,
 Genggam lah si hitam, genggamlah erat – erat,
Aku seperti awan mendungnya, mengambang disisinya,
Melindungi dari terik siang hari, menjaganya tetap aman.

Warna putih kugenggam, putih adalah warnanya,
Dia cantik, dia mengambang indah disisiku,
Balonku miliknya, balon putih dirinya,

Kupegang erat – erat.

Nama Ditembok




Cicak berkejaran di dinding,
Menginjak – injak coretan namamu, tanpa permisi,
Aku tak peduli,
Banyak garis retakan disana, membentang sepanjang namamu,
Huruf ‘S’ terlihat paling parah, huruf ‘Y’ diujung kanan hanya tersenggol sedikit,

Aku tak peduli coretan namamu,
Aku hanya takut tembok itu roboh besok pagi,
Aku benci debu dan reruntuhan puing yang berserakan,
Aku malas mengumpulkan namamu yang berserakan menjadi puing,
 Huruf demi huruf, setiap mereka yang menyimpan bayangmu.

Kubayangkan membuangnya diujung jalan buntu, meninggalkan begitu saja,
Kubanyangkan orang lain memungutnya, mngumpulkan, mengeja namamu,
Sesuatu didalam sini roboh, tak menjadi puing,
Hanya debu, terhirup menyesakan dada,
Membunuh perlahan.

Kamu Dibawah Hujan

Juli musim kemarau,

Hari ini Tuhan sedang baik,

Dia turunkan ribuan bidadari dalam tiap bulir air,

Bulir yang menghantam daratan,

Bulir yang membelai tubuhmu,

Bulir yang menarik senyumku.


Aku bersyukur pada-NYA untuk hujan ini,

Beruntungnya aku tak punya payung,

Aku bisa melihat versi tercantik dirimu dalam riasan hujan,

Kuharap Desember nanti kita masih begini,


Ada banyak hujan disana.

Bunga Tanpa Nama

Kusimpan bunga yang kau beri,
Didalam sini, di tempat yang aman,
Bunga yang mekar oleh senyummu,
Bunga yang kau hirup wanginya,
Bunga yang kaunamakan namamu.

Bunga itu, yang tak lagi terlihat seperti bunga,
Bunga yang mati saat kau petik,
Bunga yang berubah cokelat,
Mengering diselimuti debu,
Mati ditinggal langkahmu yang kian jauh,

Bunga yang tak kuingat lagi namanya.