Powered By Blogger

Minggu, 08 Mei 2011

radiohead


Radiohead, taulah kalian tentang grup band asal inggris yang satu ini. Radiohead udah cukup lama malang melintang di dunia musik internasional, menurut wikipedia indonesia radiohead berasal dari Abingdon, Oxfordshire, Inggris. Band ini terbentuk atau udah terkumpul dari tahun 1985, bahkan saya belum lahir(tepatnya 5 tahun setelah mereka terbentuk baru saya terbentuk). Radiohead dihidupi oleh lima orang yang menurut saya hebat dan genius musik, mereka adalah Thom Yorke(7 October 1968);berperan sebagai gitar rhytm dan lead vokal, Edward O'brien(15 april 1968);berperan sebagai pemain gitar,instrumen tambahan lainnya dan backing vokal, Collin Greenwood(26 juni 1969);berperan sebagai pemain bass dan instrumen tambahan lainya, Phil Selway(23 mei 1967);berperan sebagai pemain drum dan instrumen tambahan lainnya, Jonny Greenwood(5 November 1971);berperan sebagai pemain gitar, keyboard, modular synthesizer, Ondes Martenot, glockenspiel, dan lain-lain.
Saya pertama kali mendengar musik radiohead sekitar tahun 2000 masih ingat waktu itu album pablo honey yang rilis sekitar tahun 1993,


memang saangat terlambat, rilis tahun 1993 tapi saya baru dengar sekitar tahun 2000. Waktu itu saya masih kelas 5 Sekolah Dasar, hari sudah menjelang tengah malam tapi saya masih terjaga dan dalam kondisi fisik drop karena gejala tifus. Obat dari dokter pun tidak memberi efek kantuk, dari kamar disebelah kamar saya yang tak lain kamar kaka' laki-laki saya terdengar alunan musik yang menarik perhatian saya memang diputar agak keras saat itu dan membuat perasaan saya yang sedang drop karena sakit jadi seperti mengambang diayun lagu creep dari radiohead. Kepala yang terlalu ringan badan agak kedinginan tapi saya begitu menikmati lagu creep dan terlebih lagi saat bagian reff terakhir "she's running out the door, she runnnnnnnn. she's running out, she run run run runnn...." sial itu merupakan the best part dari lagu creep menurut saya. Perasaan diayun mengambang dalam hati berkata "saya bisa mati karena seperti terbawa terbang keatas, sampai alam baka mungkin nanti". Track creep habis, dalam hati berbisik "ayo putar lagi, kalau kita saudara pasti anda akan memutar lagi" dan benar saja, suara tape berhenti sejenak da setelah itu intro lagu creep terdengar. Saya menikmati terlebih the best part yang tadi sudah saya ceritakan, setelah the best part itu saya seperti terbawa entah kemana tidak ingat lagi dan terbangun saat matahari diarah pukul sembilan. Setelah kejadian malam itu saya langsung menobatkan CREEP sebagai lagu berbahasa inggris pertama yang saya suka. Mulailah bernyanyi-nyanyi kecil yang tak jelas lyricnya hanya asal komat-kamit saja sambil mencuri dengar dari kamar sebelah setiap lagu creep diputar. Pengalaman mendengar pertama kali Radiohead, tak terlupakan dan menyenangkan.
Tapi beberapa minggu setelah kejadian itu, kuping saya teralihkan dengan musik-musik lain yang lebih merakyat atau yang saat itu sedang sering-seringnya diputar dimana-mana di TV, departemen store, bahkan dinyanyikan teman-teman disekolah. Saya tidak kuat dan menyerah mengikuti alus musik saat itu.
Lama berselang bertahun-tahun akhirnya selera saya kembali kepada 'cinta pertama' radiohead, tepatnya pada saat saya sudah kuliah dan sudah jengah dengan musik-musik pasaran melo melayu khas indonesia-malaysia yang gencar diputar di TV swasta setiap pagi hari. Saya kembali mencari-cari radiohead, laci tempat penyimpanan kaset digeledah tapi yang ditemukan hanya sebagian artefak PABLO HONEY, THE BENDS dan album live konser radiohead di Utrech. Artefak seadanya diputar di tape suaranya sudah agak aneh ditambah kuping saya harus kembali beradaptasi dengan karya radiohead. Album Pablohoney yang paling parah kualitas suaranya, lagu creep terdengar melenpem karena kaset tape sudah usang dan pita sudah kering bahkan luntur. Mengecewakan. Tapi untunganya untuk album live Utrech masih lumayan, dan track no surprises seperti doktrin dalam kepala yang menghipnotis. No Surprises saya nobatkan sebagai lagu penenang jiwa nada, irama, suara glockenspiel " gila, perfect". Ditambah lyric "no alarm and no surprises, no alarm and no surprises, get me out here, get me out here".
Sempat bingung, berpikir dari mana mendapatkan album-album; PABLO HONEY(1993), THE BENDS(199), OK COMPUTER(1997). Akhirnya terlintas download via internet dan mulailah mengumpulkan artefak-artefak radiohead dari album-album itu dan disusul album-album KID A(2000), AMNESIAC(2001), HAIL TO THE THIEF(2003), IN RAINBOWS(2007) sampai akhirnya THE KING OF LIMBS(2011).
Suara Thom Yorke dkk kembali terdengar dikamar ini, terlebih suara Gitar Jonny Greenwood yang suaranya elegan dan suara-suara instrumen lain yang dimainkan. Jonny Greenwood yang tak lain adik dari Collin Greenwood yang juga pemain bass radiohead memang tokoh favorit saya didalam radiohead, gayanya misterius dominan selalu menunduk saat memainkan gitar diatas panggung dan terlihat sangat menikmati permainannya dan hasil suara fender telecaster-nya. Dan jangan dilupakan pula alunan glockenspiel saat memainkan no surprises dipadupadankan dengan permainan gitar ed o'brien no surprises sangat menyenangkan sekali tidak pernah membosakan.


Album Pablo honey mulai diputar, track pertammulai dari YOU dan setelah itu tentu saja CREEP lagu yang legendaris menurut saya. Menikmati lagu CREEP dengan mematikan lampu kamar sambil terkapar dilantai yang dingin bermaksud menemukan feel yang pas cocok dan menyatu dengan alunan CREEP. Damn !! the best part, sing along with thom yorke dengan volume yang cukup untuk memisahkan kamar dengan dunia luar. Setelah itu berlanjut track demi track mengalun meskipun tidak seratus persen mampu menerjemahkan lyric bahasa inggris ke bahasa Indonesia. Sampai di track anyone can play guitar, ini salah satu lagu favorit juga. “ Grow my hair, grow my hair iam Jim Morrison, grow my hair I wanna be, wanna be Jim Morrison…I wanna be in band when I get to heaven, anyone can play guitar and they won’t be nothing anymore”. Lyric yang unik, Thom yorke bilang ingin menjadi Jim Morrison, superstar yang ingin menjadi superstar lainnya tapi harus diakui meskipun jalan hidupnya tragis, Jim Morrison tetap saja kharismatik. Aku ingin punya band ketika telah disurga, come on Thom anda sudah punya band besar nan hebat meskipun masih didunia. Tiap orang yang bisa bermain gitar mereka tidak ingin lagi menjadi apapun, benar saja jika bias bermain gitar lalu punya band sekelas RADIOHEAD, saya juga sependapat dengan anda Mr. Yorke.

Bergilir memilih track-track album lain dan yang terbaik menurut saya yaitu OK Computer, bayangkan saja lagu Airbag, Paranoid android, No surprises, Let down, Karma Police dan lagu-lagu lannya yang berpotensi menjadi hits, bukti mereka tidak tanggung-tanggung berkarya dan tidak takut dikemudian hari mereka tidak bisa membuat hits dengan mengeluarkan semua tanpa menyimpan lagu-lagu terbaiknya.

Seiring dengan perkembagan imajinasi para personel, mereka seperti berekspolrasi di album berikutnya KID A. dengan memasukan bahkan memainkan unsur elektro dan masih dengan suasana gelap cenderung misterius. Saya merasa terlalu berat saat mendengar KID A, jujur saya kurang setuju dengan mereka yang agak berubah haluan menjadi lebih dominant elektro dengan instrument yang masih asing dikuping. Tapi mereka tetap membuat musik yang sangat kental unsur Radiohead. Album berikutnya Amnesiac pun tak jauh berbeda dengan KID A eksplorasi yang menurut saya berat bagi kuping saya. Berikutnya Hail to the thief, saya menyukai single there there dengan klip video yang unik dan bagus menurut saya dan jangan dilupakan track 2+2=5, salah satu lagu terkeren di album ini jangan ketinggalan A WOLF AT THE DOOR. Akhirnya tahun 2007 munculah In Rainbow album Radiohead yang free download, saya menyukai album ini. Single Jigsaw falling into place, hebat menurut saya. Paduan duo Jonny dan O’brien dengan suara gitar yang unik. Begitu pula dengan Bodysnatchers, bagus kemudian diikuti dengan track yang lain yang lebih slow dan bisa menyeret saya ke alam mimpi. Selanjutnya The King of Limbs, rilis 2011. eksplorasi tak jauh berbeda dengan sebelumnya elektro dengan efek suara luar biasa, single Lotus Flowers menjadi trending topic di twitter, begitu pula dengan tarian thom yorke nya.

Nah tu yang paling kanan siapa dah?..

Saya masih menyukai RADIOHEAD sampai sekarang meskipun eksplorasinya kadang terlalu berat bagi kuping ini, tapi sudah banyak juga lagu-lagu mereka yang sudah melekat di kuping kemudian ke otak dan menjalar ke hati. Dan tak lupa kaos RADIOHEAD hitam dengan logo ‘r’ turunan kaka’ saya yang sampai sekarang sudah lusuh tapi terlihat makin keluar feel-nya masih setia saya pakai dengan bangga.
Ini dia :



Sekilas tentang perkenalan saya dengan salah satu band yang akan menjadi sejarah dizaman anak saya nanti. Saya cukup beruntung mendengar RADIOHEAD dan menobatkan mereka menjadi salah satu favorit band. Band besar yang tidak terlihat keartisannya, cenderung sederhana dan agak pemalu mungkin. Jangan cepat bubar dan jangan sampai bubar, saya pasti menjadi salah satu orang yang kecewa dari ribuan fans RADIOHEAD didunia, jika mereka bubar atau pension bermusik dan pesan saya untuk para promotor konser Indonesia terlebih khusus pada om Adrie Subono untuk mendatangkan RADIOHEAD sebelum sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada mereka. Please datangkan mereka, datangkan RADIOHEAD ke Indonesia saya piker semua fans se-indonesia pun sangat mengharapkan mereka. Come on give me(us) my RADIOHEAD. Amin
Cheers…..

Sabtu, 07 Mei 2011

Mencari Damai

Mencari Damai

Terbangun dari tidur yang rasanya hanya sebentar, aku bahkan tidak ingat apakah tadi aku sempat bermimpi atau tidak. Sepertinya memang aku tadi tidak bermimpi, hampa rasanya tidur tanpa bermimpi karena paling tidak aku bisa merasakan sesuatu yang tidak bisa aku capai di dunia nyata tapi terkadang aku bisa mendapatkannya di alam mimpi. Tapi belakangan ini aku tidak pernah mendapatkan mimpi di saat tidur, mungkin juga karena tidur ku yang tidak terlalu lama bahkan tidak terlalu pulas. Aku nyalakan lampu kamar, aku arahkan pandangan ke jam dinding yang terpaku di dinding kamar. Jarum pendek menunjuk di angka dua dan jarum panjang menunjuk angka satu, jam dua dinihari aku terjaga di tengah sunyi seperti hari kemarin. Aku berdiri beranjak dari ranjang, aku ambil minuman alkohol di atas meja, aku tenggak tanpa gelas sambil berharap pikiran ku akan lebih tenang dari sebelumnya. Satu teguk dua teguk tiga teguk aku belum menemukan ketenangan dan rasa damai di kepala dan hatiku, aku bakar lintingan ganja sambil menghisap dalam-dalam sampai terasa memenuhi paru-paru aromanya terhisap kedalam otak melalui lubang hidungku, sambil terbatuk aku masih merasakan semua gusar dan penat yang memenuhi kepala. Aku masih tidak juga menemukan kedamaian dalam hati ini, aku tenggak lagi alkohol yang masih setengah botol sambil berharap semoga aku segera menemukan kedamaian dengan bantuan barang-barang ini. Alkohol telah habis kuminum ganja pun sudah menyatu kedalam paru-paru, yang kurasakan hanya pusing dikepala tanpa mendapat ketenangan sedikit pun bahkan suara detak jarum jam setiap detiknya begitu mengganggu kupingku,.
Mata merah karena kurang tidur dan pengaruh zat yang aku konsumsi tadi, aku seperti melihat bintang bintang yang berputar mengelilingi kepalaku yang bahkan bintang-bintang di langitpun tidak ada tertutup awan mendung. Aku duduk dilantai di pojok kamar yang tidak jauh dari jendela, kubuka sedikit tirai yang menutupi jendela dan kulemparkan pandangan kejalan di samping rumah. Aku hanya termangu dengan tatapan kosong diikuti hujan yang turun mendinginkan malam. Ayam berkokok hujan telah berhenti sejak tadi, matahari pun perlahan mulai naik dan menyebarkan sinarnya, aku masih melihat dari jendela semua orang sudah mulai dengan kegiatannya hari ini tapi aku masih duduk dengan tatapan kosong di lantai yang dingin, padahal hari ini ada kelas pagi jam delapan. Aku sudah tidak berminat mengikuti kuliah, fakultas teknik  yang tidak aku sukai dan ku anggap sebuah kesalahan karena memilih itu. Matahari sudah semakin naik aku meniggalkan rumah tanpa arah yang jelas, berputar mengelilingi padatnya Jakarta berpindah-pindah angkutan umum melihat sekeliling mencari kedamaian, pemandangan yang menyenangkan. Banyak orang disini tapi aku merasa sepi karena tidak ada yang ku kenal, handphone tak bersuara tak ada panggilan tak ada pesan tak ada yang menanyakan ku saat aku tidak ada diantara mereka sepi terasa kehidupan ini, punya teman tapi aku seperti tidak melihat mereka, keluarga memperhatikan tapi aku yang merasa tak nyaman oleh semua perhatian mereka, bahkan aku tak mampu mengungkapkan perasaan ke perempuan yang aku suka dan aku perhatikan diam-diam
. Hari sudah melewati setengahnya tapi matahari tidak tampak di atas kepala karena langit tertutup awan mendung yang tebal. Kilat berselingan dengan petir yang bergemuruh diikuti hujan mendadak aku merasa takut seperti anak kecil yang kehilangan seorang ibu di tengah badai. Hujan turun semakin deras, aku berlari menghindarinya tapi hujan itu tidak turun dari belakang jadi aku tidak bisa kabur menghindari nya secepat apapun aku berlari. Ketika sedang berlari aku melihat masjid, aku memang muslim tapi aku sudah lama tidak menginjakan kaki di tempat itu. Karena hujan semakin deras aku beranikan masuk ke masjid, tapi aku hanya berhenti di pekarangan masjid yeng memang sudah beratap jadi aku tidak kehujanan meskipun tidak masuk kedalam masjid. Aku masih berdiri di halaman menatapi hujan yang terus menjadi-jadi derasnya, aku melihat pria tua baru datang memasuki halaman gerbang masjid, dia melintas di hadapanku dia melihatku sambil melemparkan sedikit senyum tanpa sungkan karena kita tidak saling mengenal. Aku menoleh kearahnya yang sudah membelakangi ku, entah karena mataku terganggu atau memang nyata bajunya tidak basah terkena hujan, padahal dia tidak memakai payung atau pelindung apapun dan dia berjalan dibawah hujan dengan santai tanpa berlari sepertiku tadi. Setelah merenungkannya sebentar aku menoleh ke belakang kedalam masjid ku lihat pria tua itu sedang sholat, aku kembalikan lagi pandangan kedepan kearah hujan yang belum berhenti bahkan semakin deras, aku menoleh kembali kedalam masjid dan tak kutemui lagi pria tua itu, aku terheran sambil bertanya-tanya kemana dia?
Hujan semakin deras udara semakin dingin, aku tak tahan maka aku beranikan diri memasuki masjid setelah bersuci terlebih dulu, aku tidak tahu apakah tubuhku ini sudah bersih, bahkan aroma alkohol pun masih tercium dari tubuhku begitu juga bau asap ganja masih tercium dari hela nafasku. Aku sempat bimbang dan menghentikan langkah sesaat, tiba-tiba terlintas dipikiranku sesuatu yang memberanikan diri untuk melangkah masuk masjid,”hujan ini, hujan yang diturunkannya ini ku anggap sebagai jalan yang ditunjukannya mengantarku untuk berlindung dan bersujud kepadanya” mudah-mudahan benar adanya. Aku menyembahnya aku berdo’a aku bertanya kepadanya,
“ tuhan dimana kedamaian yang aku cari selama ini, mengapa hati ini terus gelisah banyak pertentangan menyesali semua tidak pernah merasa senang dengan keadaan ini?”.
Tiba-tiba ada yang berkata dari sebelah kanan ku,
“ kau duduk berlama-lama karena berdo’a atau menghindari hujan?” ,
aku menghiraukannya sambil tidak menoleh kearah pemilik suara itu, tapi dia mengulangi pertanyaannya,
“ kau duduk berlama-lama karena berdo’a atau menghindari hujan?”
kali ini aku menoleh kearahnya tapi tidak menjawab pertanyaannya, ternyata pria tua tadi yang kutemui di depan masjid. Kembali dia mengulang pertanyaannya,
“ kau duduk berlama-lama karena berdo’a atau menghindari hujan?”,
aku lagi-lagi tidak menjawabnya, aku langsung bergegas pergi keluar masjid menuju sepatuku yang aku tinggalkan didepan pintu masjid aku memakai sepatu aku berniat berjalan meskipun hujan masih deras, pria tua itupun mendekatiku dan berkata,
“ aku bisa membaca matamu yang sedang menahan tangis, apa kau malu untuk menangis bahkan didepan tuhan mu? Menangislah didalam do’a mu dihadapannya “.
Aku masih menghiraukannya akupun berdiri menandakan aku siap berjalan dibawah hujan. Aku berjalan meninggalkan masjid dan pria tua itu, berjalan dibawah hujan tubuhku basah. Aku memikirkan perkataan pria tua tadi, memang benar mataku menahan tangis setelah keluhan yang begitu banyak yang aku ungkapkan dalam do’a ku tadi. Ada benarnya perkataan pria tua itu, aku malu mengeluarkan air mata, maka dari itu aku memutuskan berjalan dibawah hujan tanpa menyari tempat teduh lain selain masjid tadi. Sekarang aku bisa mengeluarkan airmata tanpa diketahui oranglain karena air mataku hanyut dan tersamarkan oleh air hujan. Aku menangis sambil melanjutkan do’a yang tadi sempat terhenti dengan terus berjalan,
“ Tuhan dimana kedamaian, dimana aku bisa menemukan kedamaian untuk menenangkan jiwa dan pikiranku dan jika mati itu menemukan kedamaian maka cabutlah nyawaku atau nanti aku yang akan menciptakan kematian untuk diriku sendiri, tuhan mungkin orang lain tidak tahu aku menangsis saat ini, tapi engkau tetap saja tahu, maka sebenarnya aku berdo’a memohon kepada mu dengan tulus dan diikuti airmata “.
Pikiranku tidak lagi menentu aku melewati persimpangan jalan, aku tidak lagi memperhatikan langkahku. Tiba-tiba sesuatu menghantamku dari samping dan aku terpental beberapa meter akupun merasakan benturan dikepalaku, terkapar tubuhku di atas aspal dingin, air hujan terus menghujani tanpa belas kasihan, tubuh menyatu dengan air genangan yang berwarna kecoklatan yang menghanyutkan darah ke saluran drainase hingga ke muara sungai dan berakhir di lautan. Aku tak yakin aka nada yang menolongku di tengah badai seperti ini, setelah itu semua gelap. Beberapa saat kemudian aku sudah bisa melihat lepas dari tempat gelap tadi, tapi tempat apa ini? Ini tempat yang asing.
“apa aku sudah sampai di dunia setelah kehidupan?”.
Pemandangan begitu menyeramkan banyak jeritan, hawa panas menyengat. Aku masih bingung tempat apa ini, apa aku sudah berakhir di neraka? Aku benar-benar marasa takut sekarang, melebihi rasa takut saat aku berlari dibawah badai tadi. Ada apa ini, dimana aku? Tiba-tiba terdengar orang berbicara disampingku, berbicara kepadaku,
“ kau mencari kedamaian dan ketenangan untuk hati mu bahkan dengan menciptakan kematian ? sesungguhnya inilah yang kau dapatkan jika kematian menjemputmu saat ini, kau akan berakhir di neraka tanpa mendapat kedamaian dan ketenangan untuk hatimu”. Aku terkejut, ternyata dia pria tua tadi yang berbicara kepadaku, aku berlari menghindarinya dan aku mendengar dia berteriak,
 “ kedamaian berasal dari jiwa dan hati yang bersih nak! Jika engkau hanya mengeluh dan menghitamkan hatimu dengan perbuatan mu, maka kau tak akan merasa damai”.
Aku berhenti berlari begitu aku tidak mendengar suara pria tua itu, aku menoleh dan tidak kutemukan wujudnya di belakangku, aku berlutut dan berkata ”tuhan bila ini bukan waktu ku untuk mati, maka kembalikanlah aku kedunia, aku tidak akan menciptakan kematian ku lagi karena aku belum mau mati dan aku masih mau mencari kedamaian di dunia aku masih ingin ke tempat ibadah mu tanpa menghindari badai dunia tapi untuk menghindari badai yang ada dalam hatiku karena perbuatanku dan aku ingin menghargai semua perhatian keluargaku, bersikap ramah terhadap teman-teman yang menyapaku dan bilang cinta ke Sully apapun respon yang dia berikan. Tiba-tiba aku bertemu dengan ruang gelap lagi beberapa saat kemudian aku sudah bisa melihat sekitar, aku tdak tahu dimana ini ranjang putih selimut tirai hijau dan alat bantu pernapasan serta infuse yang menancap ditangan kiri. Terima kasih tuhan aku masih hidup dan hanya berakhir dirumah sakit. Aku berbisik pada hatiku sendiri
 “ maaf hatiku, aku membawamu ketempat yang gelap tanpa cahaya sedikitpun hanya lembah hitam menuju kehancuran”.
Dan berbisiklah aku juga untuk nurani,
“mengapa kau tidak mengingatkanku sampai sudah sejauh ini aku tersesat dalam kebodohan yang mencelakakan diri ini”.
Kita adalah satu kesatuan, bila pikiran tidak sejalan dengan hati maka kebimbanganlah yang kita temui, karena sebenarnya setiap kita melakukan sesuatu kita harus menggunakan hati dan pikiran agar menemukan keseimbangan tanpa rasa galau dan pertempuran dalam diri kita sendiri yang akhirnya membuat kita bimbang ragu dan melakukan hal bodoh, bahkan kita tidak menemukan kedamaian dalam diri kita dan selalu menyalahkan keadaan.

11/25/2010 1:11:16 AM

Selasa, 03 Mei 2011

Bocah Hujan

Air satu, puluhan, ratusan, ribuan, jutaan, milyaran, triliun, diatasnya hingga tak terhitung turun bersama akhirnya menyelimuti sebagian bumi seperti garis – garis arsiran yang biasanya memberi efek atau kesan bayangan pada gambar hitam putih di kertas gambar, itu salah satu yang kuingat dari pelajaran favoritku menggambar. Dari corak arsiran garis rapat, air membentuk tirai menyejukkan bersama awan tebal bercorak kelabu seperti kumal tapi tidak menjijikan dihembus angin yang merayu menerpa apapun yang dilaluinya membawa awan menyembunyikan matahari sejenak menahan panasnya mengganti dengan kesejukan terkadang cenderung dingin. Masih sama seperti dulu tetesannya, aromanya aroma hujan terdengar aneh memang tapi aku suka mengendus mencari – cari harumnya hujan, entah sesama bodoh atau sama – sama menyukai suasana ini tapi adasaja yang sependapat denganku tentang wangi hujan. Menenangkan aroma terapi alami ciptaanNYA, bagi hidungku khusunya dan orang – orang yang sependapat.
Masih suasana yang sama, orang – orang berlarian dengan menutupi kepala seadanya dengan apapun yang anti air bahkan dengan lima jari yang satu ini terlihat sia – sia, beberapa menepi dibawah perlindungan apapun intinya bisa melindungi dari hujan. Tingkah mereka berlawanan dengan bocah yang satu ini, dengan berseragam putih merah berjalan santai dengan senyum ingar bingar yang cerah kontras sekali dengan suasana langit yang abu – abu takbersinar hanya gumpalan awan angin dan siraman air sesekali celotehan petir yang didahului kedip kilat membentuk garis – garis kaku tidak tergaris rapih cenderung patah – patah menekuk dan sedikit bersudut yang satu ini agak menyeramkan apalagi suara gelegar yang mengikutinya, lebih keras dan memyeramkan dari suara musik metal, hardcore sayatan gitar listrik dengan efek apapun itu. Suasana yang membuat orang berhenti untuk mencari perlindungan, tapi tidak dengan bocah yang satu ini, senyumnya seperti menantang coretan kilat berbalut gemuruh petir seraya meneriakkan dengan lantang sedahsyat petir “ Aku tidak takut, silahkan angin hembuskanlah, awan gandrungi langit segelap apapun, petir teriakan gemuruhmu lengkap dengan kilatannya” dan yang paling keras ditujukan pada hujan “ sirami, basahi, genangi turunkan semua air yang kau punya”. Terdengar sombong memang, tapi itu Cuma gambaran saja dari gesture bocah itu, dia tidak meneriakan sepatah katapun hanya mungkin hanya sedikit gelak tawa yang sesekali keluar dengan spontan bersama senyumnya.
Hari semakin dingin, hujan beserta rombonganya sekamin menjadi. Bocah melangkah mantap dibawah air menembus hujan, kakinya dihentakan pada genangan air yang memantulkan cerminan dirinya. Berhadapan bocah itu dengan genangan yang cukup besar, dipandanginya sendiri cerminan dirinya yang tergambar digenangan air keruh kecokelatan. Tersenyum dirinya menatap kembarannya yang dibuat genangan air, dengan mantap diangkat kaki kanannnya dan menghentakkannya digenangan dirinya itu. Senyumnya mengembang diikuti gelak tawa butiran percikan air berhamburan beberapa centimeter dari tanah, bocah itu menatap beberapa butiran air yang terlepas dari genangan dia bisa melihat pantulan wajahnya dari butiran air yang menghambur itu yang sebagian menempel dipakaiannya memberikan corak cokelat takberaturan. Gelak tawa sejenak seperti merayakan kemenangan setelah dia menghempasakan seseorang yang tergambar digenangan air. Banyak tatapan mengarah kepada bocah itu dari beberapa orang yang berteduh menghindari hujan disekitarnya, mencaci sebagian tersenyum terhibur dan beberapa lagi terheran – heran melihat tingkah si bocah.
Beberapa detik kilatan cahaya mengedip dari langit membentuk bayangan si bocah di tanah basah, tak perlu menunggu waktu lama sambaran gemuruh petir menggelegar dari sebelah kanan bocah itu, senyum tipis menyirat sedikit mungkin bermakna “hampir saja”. Bocah masih terdiam ditempat, “ hey bocah, cepat berlari pulang berlindung pada ibumu dan keringkan badanmu” teriak laki – laki tua yang berteduh tak jauh dari bocah berdiri. Bocah menengadahkan wajahnya kelangit awan gelap, coretan kilatan petir, air hujan yang terlihat samar – samar dibalas senyum bocah. Kilat kembali mengedip membuat bayangan bocah ditanah dalam tempo sangat cepat, diikuti gelegar petir yang terdengar dari telinga sebelah kiri bocah. Kakinya melangkah langkahnya makin cepat langkah nya berubah menjadi sedikit berlari larinya semakin cepat, sampai di sudut tikungan jalan kakinya tak menapak dengan mantap, kaki kiririnya selip menyenggol kaki kanan bocah terjatuh di tanah basah jatuh tertelungkup dia tidak segera bangkit, tapi membalikan badannya menjadi telentang bertatapan dengan langit yang masih meneteskan hujan. Dia menatap kemudian memejamkan matanya menikmati keadaannya yang basah bergumul dengan hujan, mungkin kalau orang dewasa merasakan orgasme diapun seperti merasakan hal yang sama.
Awan gelap belum bergeser dari tangkapan mata, air mengalir disungai berlomba berangsur tanpa putus kodok ditepian bernyanyi seperti ritual memanggil hujan atau ritual untuk mensyukuri datangnya hujan. Bocah berjalan menyusuri sungai tanpa pagar melihat arus air buih keputihan sampah menyatu berjalan bersama ketujuan yang sama bermuara kemuara yang sama. Mata sang bocah menatap dengan focus seperti terbawa seretan arus sungai, terombang ambing basah berbuih diiringi paduan suara kodok disepanjang sungai. Bocah mengamati kodok yang berbaris dipinggir sungai sementara dirinya masih terhanyut mengikuti aliran sungai, dia melihat kearah mulut kodok karena penasaran akan alunan harmonisasi nyanyian hujan dari mulut kodok. “mereka bukan bernyanyi mereka berdo’a “ tarikan kesimpulan sementara dari sang bocah. “mengapa kalian berdo’a, apa yang kalian munajatkan?” bocah bertanya pada sekumpulan kodok dipinggir sungai, sambil memegang akar pohon yang menjulur ditepian sungai untuk menahannya sementara agar tidak mengalir bersama air. “memang kami berdo’a, bukan bernyanyi seperti persepsi manusia selama ini. Tidakkah kau mengetahui saat hujan adalah salah satu waktu yang baik untuk berdo’a. Hujan adalah berkahNYA, dan memohonlah engkau untuk rahmatNYA saat berkahNYA turun.”
Cipratan air dari sepeda motor yang melintas menyentak bocah untuk kembali pada kenyataan. Dilihatnya ke langit tapi yang terlihat hanya kelabu selimut awan diselingi kilatan petir. Gelegar terasa begitu dekat dari sang bocah, dia berlari sementara angi berhembus berlawanan dengan lajunya. Tusukan jarum air menghujam pada dirinya, matanya menyipit menahan terpaan angin dan hujaman jarum air. Kilat melintas diatas kepalanya petir menyusul sambaran tepat pada pohon yang baru dilewatinya, bocah menoleh kearah pohon tua yang sebagian terbakar terbelah ranting berjatuhan daun tak lagi hijau kebanyakan mengering dan hancur badan pohon tua terbelah tak merata tak sama besar di bagian tebasannya menyala api merah yang tak gentar ditengah hujan bergoyang dihembus angin membantunya menyebar kebagian batang pohon yang lain. Bocah berlari agak pucat wajahnya, dia berpikir hujannya tak lagi bersahabat. Jalan aspal meronakan paduan warna seperti pelangi bocah terpeleset aroma minyak tanah tercium dari tempatnya jatuh di bagian yang berwarna seperti pelangi yang tak lain campuran air dan sedikit tumpahan minyak tanah. Setelah bangkit bocah hanya bejalan sambil menahan memar dengkulnya, kilat mengedip sambaran petir menggelegar bocah kembali berlari dilupakannya rasa sakit dan memar didengkulnya. sejenak dia masih sempat tersenyum teringat hujatan gurunya disekolah saat dia melakukan kebodohan, bersikap membangkang “ otakmu didengkul ya!!” dengan nada membentak dan ekspresi wajah yang tidak pantas ditunjukan oleh pahlawan tanpa tanda jasa kepada anak yang masih perlu banyak belajar dari kesalahan. Kalau otaknya didengkul mungkin dia sudah gegar otak karena benturan dengkulnya dengan aspal saat dia jatuh, sekarang dia punya senjata untuk membalas hujatan gurunya tapi dia tahu itu tak harus diucapkan.
Langkahnya seperti terhambat semakin berat, dia menundukan kepalanya dilihat kearah kakinya dengkulnya mengeluarkan darah tapi bukan itu yang menghambatnya, melainkan genangan air keruh cokelat yang menggenanginya setinggi matakaki. Bocah berusaha berlari, dia hanya mendapat beberapa meter dari usahanya keringat menyatu dengan air hujan dari kepala sampai kaki membawa serta darah dari dengkulnya mengalir melewati kakinya sampai di genangan air yang membanjiri jalannya. Dia kelelahan melawan air banjir dia berlutut seperti prajurit yang ditodongkan senjata oleh lawannya dalam perang, kelelahan tak berdaya. Bayangannya tercermin digenangan air, bayangannya tersenyum tapi tidak dengannya seperti memancarkan dirinya dalam kondisi sebelumnya, sebelum melihat sambaran petir yang dengan kejam membelah pohon tua. Sekarang ekspresinya mengkerut takut, bayangnnya masih tersenyum bahkan tertawa menertawakan dirinya dengan muka pucat tangan gemetar merinding berpadu dingin dan takut. Kilatan cahaya memecah bayangannya gelegar petir menggelegar, bocah bangkit mencoba berlari hanya beberapa meter dia sudah berhenti karena lelah berlari melawan air yang menggenanginya, dia hanya berjalan disusul kilatan dan petir yang menggelegar, dia berhenti melangkah mendongakkan wajahnya menatap awan tebal kelabu yang terlihat muram kilat dan petir menggertaknya bocah tersenyum. Dalam keadaan tak berdaya tak mampu melawan, bocah berpikir tak ada gunanya lagi takut. Petir terlihat lebih tenang seiring suasana hatinya, dia melanjutkan perjalanannya berjalan gontai dengan langkah yang terseret melawan arus air.
Kilat menyinari diatas kepalanya, 1 2 3 detik petir menyambar deras kearah kilatan cahaya tadi, bocah sudah tak terlihat diikuti suara hiseteris wanita dari dalam rumahnya. Bau gosong daging terbakar, sekarang si bocah bebas berlari bermain tertawa disetiap hujan turun tanpa ada yang harus ditakuti, tanpa harus merasakan basah secara fisik tanpa harus takut petir, karena sekarang dia bagian dari hujan. Setiap hujan ada air awan mendung angin kilat petir dan si bocah. Bocah hujan.

Senin, 02 Mei 2011

Hati angin - angin

Angin, zat yang tidak terlihat tetapi tidak dikategorikan sesuatu yang gaib atau suatu mahkluk halus. Angin bergerak kemanapun dimanapun disetiap tempat yang memiliki celah, angin terkadang bisa mempengaruhi sesuatu membawanya kearah searah dengan hembusannya. Sulit mengendalikannya bila ia telah berhembus, berputar, membawamu, membawa tubuhmu, menerbangkan rambutmu, membawa hatimu menggoyangkan pendirian. Aku terkadang berfikir angin berhembus di dalam diriku, menerbangkan jiwaku, terkadang sampai aku terhembus sampai tempat yang begitu tunggi, tempat dimana aku tidak lagi memungkinkan untuk menapak daratan tempat yang membuat hatiku begitu terasa lebih tinggi dari kedudukan orang lain, sehingga aku mempunyai begitu banyak alasan untuk menyombongkan diri dan merasa memiliki derajat yang lebih tinggi dari punya orang lain. Kalau sudah dalam keadaan seperti ini, menatap keataslah pandanganku, membusungkan dada, menabrak orang lain yang menghalangi jalanku, menendang apapun yang menghalangi langkahku, melompati semua genangan air tanpa sesekali berkaca diatasnya, meludah di setiap tempat yang kuanggap menjijikan, menghina semua yang kuanggap jelek. Begitu percaya diri malah lebih mengarah kearah sombong saat berada diatas angin atau saat angin membawa hatiku terbang tinggi dan berharap angin tidak membawaku jatuh.
Sayangnya tidak selamanya angin yang bertiup dihatiku ini selalu menerbangkan hati ketempat yang lebih tinggi, ada saatnya angin membawa hatiku ketempat yang rendah, mejatuhkan rasa sombong jauh dari percaya diri. Disaat seperti ini aku berjalan gontai, terhuyung seperti benar-benar tertiup angin. Tidak ada lagi rasa sombong tetapi cenderung rendah hati yang terlalu rendah sampai aku takut tidak berani bergerak untuk melawan apapun, minder dengan apa yang aku punya. Aku hanya ingin berembunyi, menyendiri berharap angin ganti berhembus ketempat yang lebih tinggi seperti sebelumnya.
Angin terkadangpun bertiup tidak keruan, sesaat membawaku begitu tinggi tapi dalam sekejap telah menghempas kebawah, mengubah perasaan menggoyang keyakinan mudah terpengaruh oleh suatu doktrin yang berbisik mencuci otak. Sesaat mengatakan benar pada suatu yang salah, kadang mengatakan salah kepada semua kebenaran. Ada saat memihak kelompok kanan tapi sekejap telah berseragam kelompok kiri. karenanya hujatan penghianat kerap berteriak – teriak dikupingku. Yang lebih parah lagi saat angin membawaku kedalam duka, aku menangis tersedu meneteskan airmata menggunakan tangan menutupi kedua mata yang terus mengeluarkan air tanpa takut kehabisan. Selanjutnya angin membawaku tertawa seperti orang gila yang sesaat menangis lalu mendadak tertawa. Menertawakan sesuatu yang konyol, yang bodoh tapi itu masih kuanggap normal, sampai suatu ketika akupun sanggup menertawakan penderitaan orang lain lebih parahnya lagi sampai aku menertawakan penderitaan diri sendiri, merasa lucu terhadap hati sendiri, yang disisi hati sebelah lainnya menangis tapi sisi sebelah lainnya tertawa geli atau datangnya silih berganti semula sedih mungkin karena rasa frustasi sampai bisa tertawabersama kesedihan. Entah ini suatu kelebihan atau aku sudah mendekati gila atau skizofrenia.
Sampai kini aku belum bisa berpegang pada suatu yang kuat, berdiri pada pondasi yang kuat, masih kubiarkan angin membawa suasana hati ini menerbangkannya kemana pun dia berhembus membawa tinggi dengan kekuatannya menyentuh awan hujan berkedip saat melihat silaunya kilat berteriak saat petir menghantam gendang telinga dengan gelegar yang dahsyat sampai berkeringat saat mendekat matahari dan terbakar ketika menyentuhnya.
Ketika tinggi, angin mendadak berhenti berhembus. Hati angin – angin terhempas kebumi mata hanya bisa menatap kebawah, saling bertatapan dengan tanah atau daratan apapun yang siap dihempas. Tanah seperti tersenyum jahat menanti hempasan dahsyat yang bisa menyebabkan hancurnya hati angin – angin ini, bahkan bukan hanya hati yang akan hancur tapi sekujur tubuh. Sekujur tubuh yang dimiliki hati angin – angin. Batu hitam dengan bentuk tidak keruan yang tergabung dengan tanah yang memebentuk dratan sepertinya telah siap untuk menghancurkan tubuh hati angin – angin, bahkan bila diizinkan diapun dengan senang hati menjadi media perantara pencabut nyawa yang bekerjasama dengan malaikat ajal untuk memisahkan nyawa dengan tubuh. Hati angin – angin sudah pasrah dan hanya bisa memejamkan mata, mata yang saat itu juga mulai mengurai air dari setiap sudut kelopak mata itu sendiri.
Ribuan meter, ratusan meter, puluhan sampai tinggal beberapa centimeter menghempas daratan, tanpa pertanda angin berhembus bersama badai secara tiba – tiba menerbangkan kembali hati angin – angin bersama tubuhnya menghempaskan ke utara sejenak senyum pun mengembang dari bibir tipis mengurai air mata yang tadi memebasahi pipi dan perlahan mata yang tadi terpejam sedikit demi sedikit berani dibuka sambil menyombongkan diri kepada daratan tanah dan batu yang tadimya tersenyum menyambut remukan tubuhnya si pemilik hati angin – angin sambil mengucap syukur kepada angin yang telah menerbangkannya dan menyelamatkannya. Melewati perkampungan, sawah yang sudah agak menguning, hutan hijau yang dibagian lainnya telah gundul karena ulah penebang hingga melewati pantai pasir putih. Angin mengurangi hembusannya, mata bisa dengan teliti menatap biru laut dengan ombak yang sesekali menjilat tubuhnya karena angin membawanya semakin rendah, hatinya hati angin – angin mulai galau dan takut dengan suasana laut yang biru menghitam dengan ombaknya yang deras yang membasahi tubuhnya. Pertanda buruk hati sempat berpikir angin menginginkannya mati dilahap air laut terkubur didasar laut dan jika ada predator yang berminat akan melahap habis tbuhnya hingga tidak bisa merasakan hempasan angin yang selama ini menjadi pegangan hati. Namun sempat nyaman hati ini ketika angin membawa naik keatas dengan hembusannya, berpikir angin sekali lagi mengancam hidup dan menyelmatkan hidup hati angin – angin. Sampai ditengah laut dimana air semakin gelap tanda kedalaman yang sangat pekat begitu dalamnya laut ini ditambah ombak yang semakin buas menjilati langit hingga tubuhpun sesekali merasakannya dinginnya air laut.
Angin berhenti berhembus, mata dipejamkan tubuhpun menghantam laut dengan kerasnya tergulung ombak hingga mendekati pantai menghantam karang yang keras yang menancap kuat di laut, tapi nyawa belum terlepas karena hati masih merasakan sakit terbenur karang. Gelombang ombak menggulung menyeret kembali ketengah laut tapi nyawa belum juga terlepas karena masih bisa merasakan asin air laut yang tertelan, hingga tubuh bertemu pusaran air yang berputar menyeret kedalam mengisi ruang pernafasan dengan air laut yang dingin kejam dan tidak berperasaan. Setengah sadar gelembung – gelembung udara keluar dari mulut dan hidung tanda oksigen telah melayang dari paru – paru menyatu dengan air laut. Beberapa meter, ratusan meter, ribuan meter semakin jauh kedalam dasar laut. Hati sudah tidak bisa merasakan adanya angin bertiup, anginyang selama ini jadi tumpuan arah hati angin – angin hanya ada dinginnya air laut disekeliling sampai tubuh dan hati sudah tidak bisa merasakan apa – apa lagi. Kali ini aku tidak akan membiarkan nyawa ini terbang, terbang terbawa angin biar kubenamkan di dasar laut yang dingin, minimal tidak terbawa terbang tanpa arah lagi dan mulai menetapkan pendirian jangan membiarkan hati terbawa angin menjadi hati angin – angin.