Powered By Blogger

Sabtu, 11 Januari 2014

Hati Dalam Kulkas

Seperti yang pernah kubilang,
Aku kembali untuk mengambilnya,
Hatimu,
Yang berbulan – bulan kau simpan dalam kulkas.

Dingin membeku, Diam membisu,
Kau bergeming,
Tubuhmu enggan bergerak dari depan pintu kulkas,
Menghalangi sentuhan hangat yang sudah sejak pagi kusimpan ditangan.

Rasa itu telah samar tertutup kembang es,
Hangatnya sirna dihembus freon.

Benda itu bukan miliku lagi,
Bukan untukku,
Aku benci es.

Pesan Ditembok

Pesanmu datang melalui udara,
Bertanya kabar, usapan kata sayang, hangat peluk kata rindu.
Berjatuhan jarang – jarang seperti gerimis,
Kau bilang hatimu mendung.

Tiga hari,
Tulisan – tulisan itu hanya menempel ditembok kamar,
Kata – kata manis yang hanya jadi santapan semut hitam,
Tanpa balasan.

Rindumu bertanya,
Kali ini tajam, menyudutkan,
“Aku kangen, apa kamu enggak?”
Aku tidak berani membacanya lama – lama,
Huruf – huruf itu semakin menyudutkan,
Mereka membentuk wajahmu.
“Kamu enggak kangen?”
Pesannya menjurus jadi interogasi penyidik,
Aku terpojok disudut kamar,
Oleh rentetan pesan. Pertanyaan.

Aku tidak,
Rasa itu sudah untuk yang lain.
Aku hanya jawab dalam hati.
Kubiarkan ribuan pesan memenuhi kamar,
Memojokanku.
Tanpa balas.

Batu Dibawah Hujan


Kubiarkan hujan menempa diri,
Berharap batu di dada bolong, terkikis derasnya butiran air,
Sambil kuresapi dingin guyuran air.

Kau menarik lenganku,
Tubuhku tak bergerak,
Usapan air yang dingin membuatku beku.

Kau memeluk tubuhku,
Hati ini bergeming,
Air hujan belum melubangi batu ini,
Sekedar goresan halus yang merajah dada.

Dingin meresap dalam dada, memeluk mesra,
Mementahkan pelukmu yang hangat,
Hangat hatimu tak mampu melumerkan batu ini,
Dingin hujan lebih bisa kunikmati.

Aku lebih memilih dingin air hujan,
Aku bersamanya.
Sisakan hangat pelukmu untuk yang lain.

Kekasih Malam

Selamat tinggal sore, kau cantik hari ini,
Aku ingin berias menyambut malam,
Dia bilang dia akan datang dengan anggun,
Aku tak mau terlihat buruk dibawahnya, aku harus berias,
Aku tak ingin mengecewakannya.

Kami bertemu,
Dia pemalu, lebih banyak diam,
Angin jemarinya membelai lembut, sedikit geli,
Peluknya sejuk memancing birahi,
Aku menjaga nafsu,
Bintang sedang mengintip dari celah lubang langit,
Bulan menggantikan cahaya lilin,
Lolongan serigala mengalun lembut dari gramofon,
Romantis.
Kami akan bercinta, bukan mengadu nafsu.