Powered By Blogger

Selasa, 13 September 2011

Ode to The Pretender



Pengecut dibalik kostum penjahat,
Tampilan hanya untuk gertakan,
Bisa terlihat jiwa polos yang cenderung bodoh dan cengeng bersembunyi,
Gemetar ketakutan,
Mencari tangan ibunya untuk digenggam,
Mencari sandaran pundak kekasihnya hanya untuk menumpahkan air mata,
Sambil tersendak menahan isak.

Itu tak membuatmu tenang ?
Jangan melihat tali ditangan kananmu,
Urungkan niat membuat simpul dileher,
Lemparkan saja tali itu kesudut kamar,
Ambil botol alkohol dengan tangan kirimu,
Lihat kandungan persentase kadar alkoholnya,
Jika nilai itu hanya membuatmu tertawa,
Ambil beberapa botol lagi,
Tenggelamkan kepalamu dalam buihnya,
Hingga hilang kesadaranmu,
Biarkan saja tangan melakukan tugasnya,
Menghujamkan botol kosong dikepala,
Sekedar memenuhi amarah dan kegilaanmu.

Jangan sesali darah yang mengalir menjejaki wajah,
Jangan tangisi sakitnya,
Jangan biarkan setan menertawakan tangisan sampahmu,
Buat mereka kagum hingga gemetar.

Tampung air seni dengan sisa botol kosong,
Tawarkan kepada mahkluk bertanduk yang terbuat dari api neraka disekitarmu,
Tertawakan saat mereka menolak,
Minumlah sebelum mereka menantangmu balik,
Habiskan, niscaya mereka gemetar terkagum – kagum.
Tertawakan mereka,
Tertawakan tingkah mereka,
Tertawalah ...
Tertawalah...
Kau menang sekarang,
Apa kau merasakan hawa kemenangan ?
Kau menang sekarang,
Tapi kau menyedihkan,
Kau terlihat lebih rendah dari mereka,
Padahal mereka taklebih dari setan,
Makhluk apa atau bahkan kotoran apa yang lebih rendah dari setan, penghuni abadi neraka ?
Menyedihkan,
Rendahan,
Hujatku kepada seorang didepanku, didalam cermin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar