Cicak berkejaran di
dinding,
Menginjak – injak
coretan namamu, tanpa permisi,
Aku tak peduli,
Banyak garis retakan
disana, membentang sepanjang namamu,
Huruf ‘S’ terlihat
paling parah, huruf ‘Y’ diujung kanan hanya tersenggol sedikit,
Aku tak peduli coretan
namamu,
Aku hanya takut tembok
itu roboh besok pagi,
Aku benci debu dan reruntuhan
puing yang berserakan,
Aku malas mengumpulkan
namamu yang berserakan menjadi puing,
Huruf demi huruf, setiap mereka yang menyimpan
bayangmu.
Kubayangkan membuangnya
diujung jalan buntu, meninggalkan begitu saja,
Kubanyangkan orang lain
memungutnya, mngumpulkan, mengeja namamu,
Sesuatu didalam sini
roboh, tak menjadi puing,
Hanya debu, terhirup
menyesakan dada,
Membunuh perlahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar