Powered By Blogger

Selasa, 29 November 2011

Bumi Teduh


Belakangan ini isu mengenai pemanasan global kian marak dan semakin tersiar diman – mana   seiring dengan meningkatnya kemajuan zaman dan kemajuan pola pikir manusia yang katanya lebih jenius  bahkan, tidak jarang terkesan ingin menyamai tuhan dengan beebagai macam ide dan gagasan yang diaplikasikan dalam penelitian – penelitian untuk menciptakan sesuatu yang baru atau untuk mengetahui dan mempelajari  yang sudah ada. Tentu banyak dampak positif dari banyaknya kemajuan peradaban manusia, terlalu panjang untuk dijabarkan lihat saja sekeliling kita  apa yang ada didepan anda ini? Itu semua kemajuan peradaban, dan memang hasil jerih payah manusia selaku mahkluk terpintar didunia (dengan mengesampingkan alien tentunya, karena masih banyak pertanyaan seputar keberadaan mereka ). Tapi terlalu ceroboh melihat segala kemajuan dan segala hal positif tanpa mempedulikan bayangan hitam dampak negatif dan segala kemunduran yang mengiringi kemajuan, tidak fair bukan kalau kita mengacuhkannya?
Suka atau tidak semua kemajuan ini menciptakan juga beberapa kemunduran, maju dua langkah mundur satu langkah   maju empat langkah mundur dua langkah   begitu seterusnya. Memang kemunduran ini tidak secepat kemajuan yang kita rasakan tapi toh pada akhirnya kita rasakan juga, maju seribu langkah  diikuti mundur lima ratus langkah    besar bukan? Kalau sudah sebesar itu barulah terlihat dan barulah terasa, tragis memang  tidak ada antisipasi hanya memikirkan royalti, gelar, kemudahan hidup, nobel dll yang menggiurkan.
Kemajuan yang saya bicarakan sudah jelas, semua tentang alat bantu hidup manusia bumi dan gaya hidup manusia, celakanya gaya hidup itu sendiri yang menyebabkan kemunduran    tidak tanggung – tanggung    kemunduran   bahkan lebih sadisnya bisa dikatakan pengrusakan    itu sendiri terjadi pada bumi    yang tidak lain tempat tinggal manusia tempat hidup manusia tempat manusia menciptakan kemajuan yang mengakibatkan kemunduran. Dan parahnya lagi dibalik segala kemajuan dan banyaknya ciptaan manusia yang merusak bumi, manusia sendiri belum bisa menciptakan bumi sebagai cadangan kalau bumi rusak bahkan hancur atau kalau bumi sudah tidakmuat menampung manusia, manusia yang semakin produktif melestarikan spesiesnya sendiri tanpa mempedulikan spesies lain disekitarnya    konyol memang tapi begitu adanya!

Pemanasan global adalah meningkatnya suhu bumi akibat ketidak seimbangan ekosistem di bumi, yang diakibatkan meningkatnya emisi gas rumah kaca di atmosfer yang mengakibatkan panas bumi yang diterima dari matahari sebagian besar dipantulkan kembali kebumi  yang membuat bumi semakin panas.

Lihat sekitar   udara semakin panas, bencana alam mengerikan melanda beberpa belahan dunia, iklim dan musim yang tidak begitu teratur ‘ Pergeseran iklim yang terjadi di Indonesia, seharusnya bulan September sudah memasuki musim penghujan bergeser ke bulan November, dan jangan kita luapakan tentang es salju yang mencair   menaikan volume laut  menenggelamkan beberapa pulau   dan terus begitu selama suhu bumi terus meningkat dan sepertinya hanya menunggu waktu untuk semua salju di bumi mencair dan menambah volume air laut yang menenggelamkan daratan. Kenaikan permukaan laut Indonesia sebesar 0,8 cm per tahun merupakan ancaman bagi pulau-pulau kecil di nusantara. Telah diberitakan pula bahwa sebuah danau di Cile tiba-tiba hilang akibat melelehnya dinding es yang menjadi pembendung danau. Para pakar menyatakan setelah melakukan inspeksi bahwa hal ini disebabkan oleh pemanasan global. Selain itu perlu diketahui juga bahwa   pemanasan global disebabkan terutama oleh gas metana, yang puluhan kali lebih berbahaya dari karbon dioksida. Gas Metana ini dihasilkan dari pelelehan es di kutub utara. Es-es ini mengandung metana, yang mana saat ini es-es ini mencair sehingga metana dilepaskan ke lapisan ozon dan air laut.
   Contoh yang dekat seperti, apa yang anda rasakan saat berdiri di halte menunggu bis? Campuran oksigen dan segala macam zat polutan dalam wujud asap keruh yang saya atau bahkan anda konsumsi sehari – hari. Itu dampak langsung terhadap kita yang mempengaruhi kesehatan kita, tapi bukan hanya kita    karena zat polutan yang kurang lebih terdiri dari karbondioksida, metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, sulfur heksafluorida  itu terus terbang keudara sampai atmosfer  yang celakanya merusak atmosfer itu sendiri dan mempengaruhi kesehatan bumi. Apa semua zat polutan itu begitu melenggang bebas sampai ke atmosfer? Tidak juga, karena ada pohon dan semua tumbuhan bumi yang seperti menyaring dan menetralisir dengan oksigen segar. Tapi lihat sekeliling anda! Berapa banyak pohon hidup dikota  berapa banyak jumlah pohon dibumi? apa benda yang berwujud keras besar kokoh keras berlapis warna yang didalamnya menawarkan kesejukan dari penyejuk ruangan buatan manusia yang juga melepaskan CFC(freon) itu bisa dibilang pohon? Itu gedung, gedung tinggi pencakar langit kebanggaan manusia! Bangunan yang mengalahkan pohon bangunan yang fungsinya pun bertentangan dengan pohon, karena hanya bisa menyerap energi  mulai listrik sampai energi minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui hanya bisa menggali sumber minyak baru begitu sumber yang ada telah habis, gali dan habis   gali dan habis begitu seterusnya . Sekedar info saja, pembangkit listrik pengguna terbesar dari energi minyak bumi dan lebih parahnya lagi merupakan kontributor terbesar penghasil CO2 (sekitar 25 % dari total emisi CO2). Gas tersebut merupakan kontributor pemicu Efek  Rumah Kaca, Efek Rumah Kaca sebagai suatu bentuk sistem ekosistem di bumi justru sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di bumi. Tanpanya bumi akan menjadi lebih dingin. Akan tetapi, sistem tersebut akan bersifat merusak jika berlebihan dalam artian Efek Rumah Kaca telah menghasilkan sejumlah panas yang berlebih dibandingkan dengan kondisi normalnya.
Kalau kesehatan bumi kian memburuk dan semakin rusak, lantas bagaimana nasib organisme seperti manusia dan makhluk hidup lainnya yang hidup dibumi? Analoginya ‘ sebuah akuarium pecah berkeping – keping, lantas bagaimana nasib ikan yang hidup didalamnya? Menggelepar menggeliat bahkan ada juga yang tertancap pecahan kaca akuarium dan semua berakhir dengan kematian bukan? ‘ saya tidak menakut – nakuti tapi terserah anda, barangkali anda punya imajinasi lain yang cocok untuk disamakan dengan bumi dan semua penghuninya.
Untung saja sekarang ini banyak yang sudah mulai peduli dengan ancaman pemanasan global. Banyak LSM pencinta lingkungan hidup bermunculan dengan para aktivisnya yang mempromosikan gerakan mencintai bumi, dengan solusi – solusi dan terobosannya seperti; earth hours, gerakan seribu pohon, banyak pohon banyak rejeki dan masih banyak lagi. Seperti biasa penggagas gerakan – gerakan independen itu tak lain adalah anak muda. Seperti LSM luar negeri yang sekarang sepertinya sudah mempunyai basis diberbagai negara, LSM yang sempat bermasalah dengan golongan tertentu di iNDONESIA. Uniknya negara asal LSM atau kelompok pecinta lingkungan itu sama juga dengan negara pengkonsumsi listrik terbesar, yang secara otomatis memproduksi energi listrik terbesar pula dan sekali lagi pembangkit listrik memakan banyak minyak bumi dan segala bentuk olahannya selain itu juga pastinya menciptakan gas buang polutan hasil produksi itu. Apa yang saya bilang unik adalah mereka penyumbang gas efek rumah kaca terbesar untuk keperluan kemajuan, kemapaman, kekayaan negara mereka sendiri     dan setelah efek negaifnya dirasakan barulah mereka mengajak seluruh dunia yang tidak menikmati hasil produksi mereka apalagi dengan Cuma – Cuma    untuk bersikap ramah terhadap lingkungan dengan dalih menyelamatkan bumi, tapi faktanya apa yang mereka lakukan? Mereka negara adidaya negara maju dan mereka merangkul semua negara dari negara berkembang sampai negara miskin yang belum tentu punya pembangkit listrik dan memakan energi seperti mereka,  untuk menutupi ulah serakah mereka. Tragis! Tapi sebaiknya kita apresiasi tentang keberadaan LSM – LSM itu dan semua kampanye mereka menyelamatkan bumi   dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih membumi.
Terlepas dari LSM dan organisasi pencinta lingkungan   banyak juga yang sudah mulai peduli dengan pemanasan global, tetapi dengan berbagai sikap seperti ;

Protokol Kyoto
Menanggapi fenomena yang terjadi sebagian besar negara di dunia sepakat untuk mengambil langkah-langkah serius dalam menstabilkan emisi Gas Rumah Kaca, terutama karbondioksida. Sebagai langkah awal disusunlah Framework Convention on Climate Change pada tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil, yang ditandatangani oleh 167 negara. Kerangka konvensi bertujuan agar negara-negara industri mengurangi emisi karbondioksida mereka. Walaupun hasil akhirnya hanya sedikit yang memenuhi target. Berselang 5 tahun kemudian tepatnya pada bulan Desember 1997 sebanyak 160 negara mengadakan pertemuan untuk merumuskan perjanjian yang lebih mengikat secara internasional sebagai tindak lanjut dari beberapa kesepakatan sebelumnya. Perjanjian tersebut dikenal dengan nama Protokol Kyoto, dinamakan demikian karena perjanjian ini dibentuk di Kyoto, Jepang. Jangka waktu penandatanganan persetujuan tersebut adalah satu tahun yang dimulai pada tanggal 16 Maret 1998 hingga 15 Maret 1999.

Protokol ini mengharuskan negara-negara industri untuk menurunkan emisinya sebesar 5,2 persen di bawah tingkat emisi tahun 1990 dengan target waktu hingga 2012 dan baru memperoleh kekuatan hukumnya secara internasional pada tanggal 16 Februari 2005. Hingga 23 Oktober 2007 sudah 179 negara yang meratifikasi Protokol Kyoto tersebut. Kemudian pada tanggal 3-14 Desember 2007 di Bali diselenggarakanlah Konvensi Tingkat Tinggi yang digelar oleh UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) dan dihadiri hampir 10 ribu orang dari 185 negara. Melalui pertemuan tersebut diharapkan dapat mengevaluasi hasil kinerja dari Protokol Kyoto yang dibuat sebagai bukti komitmen negara-negara sedunia dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca demi menanggulangi permasalahan Pemanasan Global yang terjadi saat ini. (dikutip dari: www.forumsains.com)
KTT PBB tentang Perubahan Iklim
KTT PBB tentang Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, memasuki fase-fase krusial, Para pemimpin dunia pun gencar melakukan lobi-lobi demi tercapainya konsensus dalam pertemuan penting ini.Sejumlah perbedaan sikap sangat mencolok sepanjang sidang yang berlangsung di Bella Centre, Kopenhagen, ini. Perbedaan yang terjadi mencakup besaran pengurangan emisi yang harus diambil masing-masing negara, jumlah uang yang harus diberikan negara-negara kaya kepada negara-negara miskin, dan perlunya pengawasan, sehingga setiap langkah yang diambil atau janji-janji yang dibuat benar-benar diimplementasikan nantinya.Tak kurang dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, maupun Perdana Menteri Denmark Lars Loekke Rasmussen juga bakal menggelar pertemuan dengan kepala negara lain, demi tercapainya keputusan penting sebelum batas waktu esok.

Pihak China, yang berselisih dengan Amerika Serikat dalam konferensi ini, telah menyampaikan keraguannya mengenai bakal tercapainya kesepakatan operasional dalam mengatasi pemanasan global. Kepada kantor berita Reuters, seorang delegasi China yang tidak disebutkan namanya mengatakan negaranya bakal mengeluarkan sebuah deklarasi politik singkat. Namun belum jelas sikap yang akan diambil. Sementara itu ratusan demonstran dilaporkan ditangkap di luar tempat pelaksanaan KTT Iklim, kemarin, setelah terlibat baku hantam dengan polisi. Aparat menembakkan gas air mata dan menggunakan semprotan lada untuk membubarkan lebih dari 1.000 aktivis yang berupaya menerobos Bella Centre, tempat perundingan krusial sedang berlangsung.(dikutip dari: www.okezon.com). Memang butuh kesabaran kalau ingin merubah gaya hidup menjadi lebih membumi, sepertinya sejumlah negara maju tidak rela untuk berhemat konsumsi energi tak terbarui karena akan mempengaruhi kebutuhan prodiksi dan gaya hidup mereka.
 Pemanasan  global memberikan dampak negatif  yang mengerikan bagi kehidupan manusia di masa sekarang terlebih lagi untuk jangka waktu ke depannya bila tidak segera diatasi sedini mungkin. Oleh karena itu, walaupun boleh dikata sudah terlambat    karena ‘perusakan’  memang sudah dilakukan oleh generasi sebelum kita, sepertinya dengan sukarela kita membuat langkah-langkah strategis dalam mengatasi persoalan ini. Lagi – lagi untuk generasi kita pada masa kini dan sepertinya dampak lebih besarnya untuk generasi setelah kita. Agak aneh juga, generasi sebelum kita sepertinya yang menyumbangkan terciptanya pemanasan global dengan segala gaya hidup dan pola pikirnya yang sewenang - wenang    kita berusaha menguranginya   mengatasi dengan berbagai upaya penghematan  pelestarian  menahan diri  tidak melakukan kegiatan  yang mencemarkan lingkungan    dan  dampak positif pelestarian kita ini untuk generasi  setelah kita. Sepertinya banyak juga anak muda yang berpikiran demikian  “ seperti terkena imbas dan menanggung kesalahan dari generasi sebelumnya,  tapi pernyataan ini cukup manusiawi kan? “. 
Tak ada salahnya menyesali dan memprotes kesalahan yang sudah terjadi, tapi lebih baik lagi kalau diperbaiki   oleh kita     entah untuk kita atau untuk orang lain ? cheerss..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar