Indonesia,
iklim tropis yang sama seperti dahulu. Iklim politik yang semakin memanas,
dengan demokrasi yang menjadi slogan. Ya, hanya slogan−tapi tidak juga, mungkin
lebih tepatnya basa – basi. Seperti itukah? Selalu membingungkan membicarakan
politik bagi saya, karena saya tidak pernah mempelajari itu, hanya menyerap
beberapa tentang praktek perpolitikan dari media – media. Tapi saya selalu
menolak untuk apatis untuk yang satu ini, minimal mengetahui apa yang terjadi
dinegeri ini, apa yang dilakukan mereka terhadap negeri ini? Ya, mereka, para
pejabat politik negeri ini, dari senayan sampai kantor – kantor dinas
pemerintahan di pedesaan.
Kalau
sudah menyangkut tingkah laku pejabat yang semakin aneh, kebijakan pejabat yang
semakin aneh dan banyak lagi hal aneh kalau sudah menyangkut pola pikir pejabat
yang seringnya tak bisa saya terima. Kebijakan yang mereka buat, sedikit –
banyak berpengaruh dikehidupan saya atau kita. Itu pasti. Saya menolak apatis.
Mengapa
saya katakan menolak apatis? Sekarang masih banyak juga rakyat negeri
ini−terutama anak muda, generasi yang banyak disebut – sebut sebagai penerus
bangsa (meskipun tidak disebut anak muda seperti apa yang akan menjadi generasi
penerus), bersikap apatis. Mungkin mereka tidak merasakan dampak pemerintahan
saat ini yang berefek pada kehidupan mereka. Apa bisa begitu? Padahal kita
hidup di negeri yang sama. Mereka (pejabat negara) menghancurkan negeri ini, kehidupan
kita juga yang hancur, nama Indonesia di dunia internasional akan jelek.
Mereka
mengacaukan negeri ini? mengapa tidak. Kebijakan mereka banyak yang aneh (yang
menguntungkan pribadi, golongan dan merugikan rakyat). Simpelnya, dari semua
kebijakan yang mereka buat, ada yang mengganggu anda? Kalau iya, pasti ada
alasan mengapa anda menentang dan mengapa mereka mengeluarkan kebijakan yang bertentangan
dengan pendapat anda. Alasan mana yang lebih mengarah pada kebaikan (kebaikan
bersama, kebaikan kehidupan negeri ini), maka itu yang harus diutamakan untuk
dijadikan suatu kebijakan di negeri ini.
Kalau
anda atau kalian atau kita apatis, mereka akan semakin semaunya saja menjadikan
negeri ini istana mereka. Karena banyak juga dari mereka yang menduduki kursi
jabatan hanya mengincar pangkat dan uang. Meskipun masih ada yang benar – benar
ingin membangun negeri ini. Kalian? Hanya seperti hewan ternaknya yang diambil
daging, susu, telur bahkan dikuliti untuk dijadikan karpet atau mantel. Pajak
yang kalian bayar, suara yang kalian berikan setiap pemilihan umum−tak kalian
dapat timbal baliknya.
Seharusnya
anda masih bersyukur ada demonstrasi mahasiswa atau buruh yang terkadang
mengganggu perjalanan anda. Setidaknya mereka para demonstran masih peduli
terhadap negeri ini, masih mau mengoreksi kebijakan aneh para pejabat negara.
Tidak diam sambil asik dengan dunianya sendiri.
Hanya,
kegiatan demonstrasi itu sebaiknya dijadikan gerakan jangka pendek saja bagi
mahasiswa – mahasiswa. Gerakan jangka panjangnya? Para akademisi bisa bergerak
dari dalam. Dari dalam pemerintahan yang korup ini, mereka harus bisa masuk ke
pemerintahan dan mengubah segala birokrasi, konspirasi, politik busuk para
pejabat. Hancurkan sendi – sendi korup pejabat negeri ini, dukung pemberantasan
korupsi di negeri ini. Jangan terbawa arus korupsi.
Jadi,
mengapa masih mau – maunya apatis terhadap negeri ini. Ketidak pedulian anda
berkah mereka. Sangat disayangkan kalau masih banyak generasi muda yang belum
terkontaminasi korupsi, yang anti korupsi hanya bersikap diam. Hanya asik dengan
dunianya sendiri, dunia maya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar