Dikerubungi keramain,
Sepasang telinga dibisik bergilir, “kanan , kiri,
kanan, kiri….”
Tangan – tangan bersentuhan, menepuk, sekedar
senggol, meraih, menghempas,
Tanda Tanya? Diikuti tanda Tanya? Beranak tanda Tanya
?
Bodohnya mimik wajah ini.
Tiap belokan punya arah tujuan,
Lalu – lalang mereka menjajal jalan,
Baik dan buruk semua orang juga tahu,
Sikap itu pilihan, Tuhan sudah memberi akal,
Saat kau enggan membayangkan neraka, lagi malu –
malu mendambakan surga,,,
Nama dipanggil berkali – kali,
Wajah celingukan menanti, “datangkah?”,
Bohong lagi atau ….(kau sedang membela dengan alasan
imajinatif),
Mereka bisa datang – pergi, terserah kau peduli atau
jadi benci,
Kemarin wajahnya menyapa, hari ini punggungnya saja, besok? Tinggal nama, Lusa? Ingin muntah mengingatnya…
Saat mata manusia
berubah cermin,
Mereka saling memantulkan wajah yang lainnya,
Dalam kepala diam – diam bertanya,
“Seburuk itukah?”, “Cantik nian..”,
“Bohong!”, “Benar!”,”Salah!”,”Tidaaakk!!” ,,
Buang ludah, jilat ludah.
Siklus akal terus berputar, Poros sumbunya sudah
aus,
Polanya tak lagi lingkaran, tapi garis – garis liukan
saling – silang,
“Wajarrr..” jadi mantra pemaaf, “Teruskan, teruskan”..
Kau sudah jinjit ditepi jurang,,
Akhirnya , Ayat – ayat berserakan bersama daun hijau
yang gugur di-aspal.
Dia berlutut diatas mimbar, Berdo’a dengan bahasa
isyarat,
Beberapa menghargai dengan lemparan koin receh,
sisanya … Aku tak tega cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar