Powered By Blogger

Selasa, 24 Maret 2015

Siklus


Dikerubungi keramain,
Sepasang telinga dibisik bergilir, “kanan , kiri, kanan, kiri….”
Tangan – tangan bersentuhan, menepuk, sekedar senggol, meraih, menghempas,
Tanda Tanya? Diikuti tanda Tanya? Beranak tanda Tanya ?
Bodohnya mimik wajah ini.

Tiap belokan punya arah tujuan,
Lalu – lalang mereka menjajal jalan,
Baik dan buruk semua orang juga tahu,
Sikap itu pilihan, Tuhan sudah memberi  akal,
Saat kau enggan membayangkan neraka, lagi malu – malu mendambakan surga,,,

Nama dipanggil berkali – kali,
Wajah celingukan menanti, “datangkah?”,
Bohong lagi atau ….(kau sedang membela dengan alasan imajinatif),
Mereka bisa datang – pergi, terserah kau peduli atau jadi benci,
Kemarin wajahnya menyapa, hari ini punggungnya saja, besok? Tinggal nama, Lusa? Ingin muntah mengingatnya…

Saat  mata manusia berubah cermin,
Mereka saling memantulkan wajah yang lainnya,
Dalam kepala diam – diam bertanya,
“Seburuk itukah?”, “Cantik nian..”,
“Bohong!”, “Benar!”,”Salah!”,”Tidaaakk!!” ,,
Buang ludah, jilat ludah.

Siklus akal terus berputar, Poros sumbunya sudah aus,
Polanya tak lagi lingkaran, tapi garis – garis liukan saling – silang,
“Wajarrr..” jadi mantra pemaaf, “Teruskan, teruskan”.. Kau sudah jinjit ditepi jurang,,
Akhirnya , Ayat – ayat berserakan bersama daun hijau yang gugur di-aspal.

Dia berlutut diatas mimbar, Berdo’a dengan bahasa isyarat,
Beberapa menghargai dengan lemparan koin receh, sisanya … Aku tak tega cerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar