Tangannya gemetar, gigi
bergidik,
Parang tergeletak, sisi
tajamnya masih hangat darah,
Dia baru saja menang
duel,
“Menang?”, “Menang?”,,”Hahahahaaa...”,,,
Setan dikanan kiri
tertawa.
Sulit perankan penjahat
dan pengecut sekaligus,
Dia bahkan takut
membayangkan wajah ibunya,
Menyesal? Tubuhnya sudah
terpojok, bersandar tembok,
Sebentar lagi juga
dijemput.
Suara kecil dari balik
tembok memanggil nama,
Nama yang dulu pernah
dipakainya,
Nama yang terlalu bagus
baginya,
“Abaikan, abaikan”,
Hatinya berbisik, tapi
telinga terasa jauh dari dada.
Lembar – lembar halaman
dibalik begitu cepat,
Tangan kanannya
terlanjur mencabik – cabik tubuhnya,
Dia memperlambat bagian
akhir,
Mengingat sebuah nama,
Tak ada bayangan,
gelap.. sepi.. dingin...
“Nama!”..”Namaa!!”...Namaaa!!!”...
“Nama Tuhanmu!!!!...”